Rabu, 25 Juli 2018

Lawang Sewu, Pintunya Memang 1000

Lawang Sewu, Pintunya Memang 1000 - Jalan-jalan ke Semarang tanpa ke Lawang Sewu, berarti belum sah. Bangunan zaman Belanda yang pintunya katanya berjumlah 1000 ini, memang wajib dikunjungi  dan merupakan salah satu ikon kita Semarang. Habis dari Lawang Sewu, boleh deh, mampir jajan lunpia, lalu beli oleh-oleh bandeng presto hehehe.

Lawang Sewu tampaj depan

        Pertengahan Maret 2018, saya sengaja ke Semarang. Selama ini saya memang cuma sekedar lewat saja. Jadi pas ada kesempatan, berangkatlah saya. Perjalanan singkat, tapi menyenangkan dan irit. Saya juga sengaja menginap di hotel berkonsep dormitory (Baca di sini : Menginap di Sleep & Sleep Todak Bikin Kantong Jebol)
      Lawang Sewu ini sangat mudah ditemukan, karena letaknya sangat strategis dan berada di pinggir jalan. Tanya siapa saja, pasti langsung ditunjukan. Apalagi di depannya ada lapangan dengan tugu Pemuda yang juga terkenal.

Tugu Pemuda dari depan Lawang Sewu

     Dari kejauhan, kemegahan bangunan Lawang Sewu sudah terlihat. Saya memang paling suka bangunan-bangunan zaman dulu, karena arsitekturnya memang ‘Wah’ menurut saya. Tapi namanya bangunan tua, jadi dari kejauhan saja, aura mistiknya sudah saya rasakan hahaha. Padahal ini siang hari lho, apalagi kalau malam hari, ya... hehehe.

Kemegahan Lawang Sewu

       Saya pun berjalan menghampiri Lawang Sewu. Udara kota Semarang ternyata cukup panas. Makanya saya sarankan pakai baju yang bahannya menyerap keringat. Sedia selampe atau handuk kecil, dan jangan lupa bawa air minum hehehe....
       Sebelum masuk, jangan lupa beli tiket masuk seharga 10 ribu untuk dewasa atau umum, sedangkan pelajar dan anak-anak 5 ribu Loketnya ada di pintu masuk.  Di halaman depan, tampak sebuah lokomotif kereta api. Tentu saja ini jadi tempat foto-foto bagi para pengunjung.




      Saat saya berada, pengunjung cukup banyak. Bahkan banyak juga rombongan dari luar daerah. Seperti yang sudah saya tuliskan tadi kan, tidak afdol ke Semarang, kalau belum ke Lawang Sewu hehehe...
       Lawang Sewu ini sangat luas. Jadi kalau teman-teman butuh pemandu wisata, ada kok. Tanyakan saja pada petugas loket, pasti langsung ditunjukan. Dari hasil pendegaran saya, pemandu wisata 35 ribu. Ini keren lho, karena selain kita bisa mendapat info lengkap, bila jalan sendiri, kita bisa minta bantuan (maaf kalau salah, ya) memotret.

Miniatur Lawang Sewu

      Ternyata, sebelum masuk ke dalam gedung, ada lagi pemeriksaan tiket. Jadi pemeriksaan tiket yang di dekat loket, bukan langsung bisa masuk ke dalam gedung. Jadi usahakan tiketnya jangan dihilangkan.
       Saya pun mulai melangkah menyusuri bangunan yang dulu merupakan kantor Nederlans-Indische Spoorweg Maatschappij atau Nis ini dibangun pada tahun 1904 dan selesai tahun 1907.  Bangunannya tinggi-tinggi dan pintunya memang sangat banyak, makanya dikira berjumlah 1000 hahaha. Ini jadi satu kesamaan bangunan arsitektur belanda yang pernah saya lihat. Misalnya Museum Bank Mandiri di kota Tua Jakarta. Tiang-tiangnya kokoh, langit-langitnya tinggi, dan megah.

Langit-langit yang tinggi dan menawan

Tangganya juga unik
Lorong panjang

      Lawang Sewu ini terdiri dari beberapa bangunan. Ada halaman tengah yang cukup luas. Para pengunjung pun bisa duduk bersantai melepas lelah. Nah, udaranya di sini sejuk, karena ada pohon besar yang rindang.
     O, iya. Di bagian belakang, ada toilet. Juga ada musala. Ada juga satu lokomotif yang bisa dijadikan spot foto menarik. Udara di di sini cukup sejuk.

Musalah di Lawnag Sewu

Kamar mandinya

Tempat Wudhu yang unik

       Saya senang sekali menyusuri Lawang Sewu ini. Saya bisa melihat banyak hal-hal yang berhubungan dengan perkembangan kereta api di Indonesia. Mulai dari miniatur, foto-foto kereta api zaman belanda, para pejabat yang memimpin, termasuk mengagumi keindahan bangunan Lawang Sewu ini. Ada juga foto-foto saat Lawang Sewu direnovasi.



           

      Di salah satu ruangan, ada juga sebuah televisi flat yang menayangkan prihal kereta api. Pengunjung bisa duduk menonton di bangku-bangku cantik yang telah disediakan. Di sekitar ruangan, tetap ada dipamerkan hal-hal seputar perkembangan kereta api di Indonesia.
  
                                      
                                         
                                     
        Selain menambah pengetahuan, ke Lawang Sewu ini bisa menambah koreksi foto juga hehehe. Soalnya Saya menemukan titik-titik spot yang menarik. Misalnya saat kita berdiri di salah satu pintu, maka saat melihat ke arah pintu lain, itu seperti kita sedang menghadap ke cermin.


      Spot foto lainnya yang saya suka adalah salah satu bagian tangga. Kaca-kaca sangat cantik dan berwarna-warni. Hanya sayang di situ pencahayaan kurang, jadi kalau saya pakai hape tidak terlalu maksimal hasilnya.



     Selain itu, ada juga titik spot menarik di teras dengan deretan pintu kayu. Ini keren untuk bila foto beramai-ramai. Jadi tiap orang berada di tiap pintu. Keren deh, pokoknya. Termasuk lorong-lorong panjang yang banyak di sepanjang Lawang sewu ini.



     Selesai menyusuri Lawang Sewu, saya pun berjalan keluar. Di depan Lawang Sewu, ada beberapa kursi. Asyik sekali sambil duduk-duduk menikmati suasana kota Semarang.

Bambang Irwanto
    

Minggu, 22 Juli 2018

Taman Kota Jenderal HM Sarbini Kebumen

Siapa yang pernah ke kabupaten Kebumen? Atau mungkin pernah melewatinya saat hendak menuju Kutoarjo, Purworejo atau Yogya. Nah, di jalan Ahmad Yani ada taman kota, namanya taman kota Jenderal HM Sarbini. Letaknya persis di depan jalan raya.

Pintu Gerbang Taman Kota HM Sarbini

                              
      Menurut wikipedia yang saya kutip, M. Sarbini adalah seorang Jenderal Purnawirawan yang dilahirkan 29 Mei 1914 di Kota Karanganyar, Kebumen, Jawa Tengah. Beliau banyak mengabdi selama masa perjuangan baik di bidang militer maupun pemerintahan Republik Indonesia.
       Dalam masa perjuangan, terutama pada tanggal 20 Oktober 1945, Bapak M. Sarbini, yang pada waktu itu berpangkat Letkol, memimpin pasukan Tentara Keamanan Rakyat Resimen Kedu Tengah dan menyerang, serta mengepung tentara Sekutu dan NICA di desa Jambu, Ambarawa yang kemudian dikenal sebagai peristiwa palagan Ambarawa.
         Selama masa pemerintahan Bung Karno, Mayor Jenderal TNI M. Sarbini menjabat sebagai menteri pertahanan dalam kabinet Dwikora II pada tahun 1966 yang kemudian digantikan oleh Letnan Jenderal TNI Soeharto. M Sarbini  meninggal di Jakarta, 21 Agustus 1977 pada umur 63 tahun.
        Nah, makanya, kenapa taman kota di Kebumen ini diberi nama Taman Kota Jend HM Sarbini. Ini sangat beralasan, karena beliau lahir di Karanganyar, salah satu kecamatan yang ada di Kebumen. Bukan di Karanganyar Solo, ya.
       Selain namanya diabadikan di taman kota Kebumen, Nama Bapak M Sarbini juga diabadikan sebagai nama jalan. Termasuk nama jalan di kota Kebumen yang sangat dekat dengan alun-alun.
HM Sarbini (Foto. Wikipedia)
       Bapak M. Sarbini juga banyak dikenal sebagai bapak Veteran Indonesia. Makanya nama beliau diabadikan juga sebagai nama gedung veteran atau balai Sarbini yang berada di kawasan Semanggi, Jakarta Pusat. Dan untuk mengenang jasa-jasa beliau, di Kebumen juga didirikan sekolah SMK Jenderal M. Sarbini.
        Nah, kemarin saya ada keperluan di kota Kebumen. Lalu saya kok teringat taman kota itu. Memang sebelumnya, saya sudah pernah membaca tentang taman kota ini di internet. Tapi belum afdol, kalau saya belum langsung ke sana hehehe.
       Makanya setelah urusan saya selesai dan masih ada waktu, saya pun meluncur menuju taman kota Jend HM Sarbini. Jadi dari tugu walet, langsung saja menuju jalan Ahmad Yani. Nanti ada pertigaan, sudah tampak jelas taman kotanya.

Tampak Taman yang Asri dan Sejuk

       Saat hendak masuk melalui gerbang utama, ternyata terkunci. Maka saya masuk dari samping, yaitu dari jalan Indrakila. Ternyata di situ juga tempat parkir kendaraan. O, iya, nama Indrakila ini juga berhubungan dengan Bapak M Sarbini. Ternyata Indrakila adalah nama sebuah desa di kebumen tempat tinggal Bapak M Sarbini dulu.
      Begitu masuk, saya pun langsung memarkir motor saya. Seorang anak muda langsung menghampiri saya, sambil menyerahkan tiket parkir. Saya lirik, sudah jelas tertulis ‘parkiran 2000 ribu’. Setelah lepas helm dan jaket, saya pun masuk ke taman melalu pintu kecil. Tampak beberapa pengunjung sudah ada dalam taman. Tapi kayaknya ada yang pacaran hehehe.
      Angin semilir langsung menerpa wajah tampan rupawan dan imut saya, saat saya memasuki taman kota Jend HM Sarbini ini. Suasana memang sangat sejuk, karena sangat banyak pohon-pohon besar yang rindang. Padahal sinar matahari bersinar sangat terik. Dan yang langsung menyita perhatikan saya adalah patung sebatas perut yang terletak di bagian depan taman ini.
      Saya pun bergegas menghampiri patung berseragam militer itu. Benar dugaan saya, itu adalah patung Bapak M Sarbini. Tampak gagah dengan seragam militernya, dan sepertinya menyungging senyum.


                                          
       Di bawah patung, tampak tulisan ‘Jend.Purn.H.M SARBINI’, lalu di bawahnya ada ucapan Bung Karno. 'BANGSA YANG BESAR ADALAH BANGSA YANG MENGHARGAI PAHLAWANNYA'. Lalu di bawahnya ada tulisan ‘Penggagas : EDI BOEDIANTO (EKSPONEN 45). 



       Saat melihat ke samping, ternyata taman kota ini diresmikanhari jumat, 25 Mei 2012, oleh Bapak Buyar Winarso yang menjabat Bupati Kebumen waktu itu.
       Tidak jauh dari patung Bapak HM Sarbini, ada spot batu-batu refleksi kaki berbentuk siku. Saya pun tertarik mencoba. Tapi... saya tidak kuat berlama-lama. Batunya panas. Ya iya lah. Mana ada orang olahraga di luar ruangan pukul setengah 12 siang hahaha.


      Saya pun kembali menyusuri taman kota Jend HM Sarbini ini yang menempati lahan 7.860 m2. Ternyata taman ini dulu bekas terminal kota Kebumen yang terbengkalai sejak 2003, setelah tidak digunakan lagi.
      Tampak di tengah taman ada kolam air mancur. Sayang, air mancurnya tidak berfungsi. Saat saya melongok ke kolam, ternyata ada ikannya. Tapi airnya kotor. Pas saya cermati, ada tulisan terapi ikannya. Sepertinya dulu pengunjung bisa terapi kaki di kolam ini dengan tarif 3 ribu.

Kolam Ikan dan Air Mancur

      Di sekitar taman, banyak disediakan tempat duduk dari semen, meja segiempat, dengan atap berbentuk payung. Pas nih, buat ngobrol bersama teman, atau sharing, bahkan menulis. Karena saya lihat, dulu disediakan colokan juga. Banyak juga bangku-bangku semen memanjang yang tersebar di sekitar taman.

      Ada juga pendopo ukuran sedang. Waktu saya datang, pendopo hanya ada sepasang remaja. Pasti pendopo ini digunakan untuk menggelar acara. Bisa acara seni, adukasi, termasuk sharing menulis juga keren kayaknya hehehe.

Pendopo untuk berbagai kegiatan

      Taman kota Jend HM Sarbini ini juga pas untuk anak-anak. Di sudut kiri belakang, ada taman bermain anak. Ada perosotan, ayunan, lingkaran bundar dan lainnya.

Tempat Bermain Anak-anak

       Bahkan bisa sebagai sarana edukasi yaitu belajar lalu lintas. Makanya ada dipasang rambu-rambu, lengkap denganbeberapa patung polisi dengan posisi ‘istirahat di tempat”. Kalau saya tidak salah hitung, ada 4 patung polisi, dan 1 patung polwan.





         Taman Kota Jend HM Sarbini ini sebenarnya sangat asyik dan fasilitasnya sangat lengkap. Termasuk fasilitas kamar mandi, musala, juga kantin. Apalagi letaknya yang sangat strategis, jadi mudah diakses.

Musalah

         Hanya sayangnya kurang terawat. Ini menurut saya, ya. Misalnya, paving banyak berlumut. Saya sempat hampir terpeleset. Rumput liar juga banyak, Permainan anak tidak terjaga, jadi sedikit berkarat. Termasuk kamar mandi yang pintunya sudah rusak dan diganjal dengan batu. Saat saya pas keluar, pintu gerbang rusak. Jadi hanya disandarkan di tembok.


        Semoga taman kota Jend HM Sarbini ini segera berbenah diri kembali. Sekali lagi, sayang, kalau fasilitas umum yang keren ini, nantinya akan rusak. Padahal kabarnya, Pembangunan Taman Kota HM Sarbini kabarnya menelan biaya Rp 2,504 miliar dengan dana APBD 2011 Kebumen, lho.
        Bagus juga, kalau misalnya setiap bulan digalakan kerja bakti bersama. Jadi aparat pemerintah dan warga Kebumen kerja bakti membersihkan taman kota Jend HM Sarbini. Agar taman kota Jend HM Sarbini ini terus terjaga dan terawat dan tetap menjadi salah satu ikon kabupaten Kebumen, sekaligus jadi paru-paru kota Kebumen.

Bambang Irwanto



Jumat, 20 Juli 2018

Jalan-Jalan ke Kawasan Kota Tua (Bagian 5 : Museum Wayang)

Jalan-Jalan ke Kawasan Kota Tua (Bagian 5 : Museum Wayang) - Salam, teman-teman .Eh, jumpa lagi dengan saya hehehe. Terima kasih, teman-teman mengikuti jalan-jalan seru saya ke kawasan kota tua Jakarta.
Seru tidak? Pastinya seru Hehehe. Soalnya saya bisa mengetahui sejarah Bangsa Indonesia. Bagaimana kalau kita lanjut saja, yuk! Nah, setelah sebelumnya saya sudah ke Museum Bank Mandiri  Museum Bank Indonesia, dan museum Seni Rupa dan Keramik,museum Fatahillah kali ini saya akan mengajak teman-teman ke Museum Wayang. Yuk, kita barangkat saja!

Museum Wayang


Setelah keluar dari Museum Fatahillah, saya melanjutkan ke museum Wayang. Museum ini jaraknya dekat sekali dari Museum Fatahillah. Tidak sampai 5 menit juga sampai. Soalnya masih satu kawasan juga.
Seperti biasa, saya membeli tiket dulu. Harga tiketnya sama, untuk umum seharga 5 ribu. Penjualan tiketnya, tepatnya di pintu masuk Museum Wayang. Saya pun segera membeli tiket, dan melangkah memulai petualangan di museum Wayang. Wow.. baru masuk saja, saya sudah disambut patung burung dari perak. Keren sakali. 


Di situ juga ada patung tokoh pewayangan . Jadi memasuki area museum ini, kita seperti melewati sebuah lorong. Di sisi kanan dan kiri, ada lemari-lamari kaca berisi wayang. saya pun jalan berlahan saja, biar bisa menikmati semua wayang yang dipajang.




Lepas melewati lorong tadi, saya sampai di sebuah area taman.  Para pengunjung bisa bersantai sejenak di area ini. Ada beberapa batu bertulis. Sepertinya tulisan Belanda atau apa. Saya tidak mengerti artiya hehehe...





Saya pun lanjut melangkah. Kali ini, saya melihat wayang-wayang golek dari berbagai daerah di Indonesia. Wih.. ada wayang yang agak seram. Banyak pengunjung yang bergidik saat melihatnya.



Puas melihat di area ini, saya melewati tangga, lalu turun ke ruangan yang letaknya di bawah. Beberapa lemari kaca juga dipajang yang berisi aneka wayang. Eh, di sini ada ruangan wayang juga. Sayangnya, pas saya datang, ruangan ini tidak sedang terbuka. Jadi saya hanya bisa mengintip saja dari luar. Tapi jangan khawatir, di area ini, masih banyak dipamerkan juga wayang-wayang kok.




Saya pun terus menyusuri museum. Wah.. ternyata di museum ada aneka wayang dan dari berbagai daerah di Indonesia. Mulai wayang kulit, wayang golek, wayang kertas, dan dari aneka bahan lainnya.
Bukan hanya wayang dari Indonesia yang dipamerkan. Wayang –wayang dari luar negeri juga ada. Dari Amerika, Rusia, Belanda, Jepang, China. Pokoknya masih banyak lagi. Pokoknya puas melihat wayang-wayang dari seluruh dunia.




Eh, ada boneka si Unyil juga. Boneka si Unyil ini berada sebelum lorong keluar museum. Jadi begitu mau keluar, kita melewati lagi sebuah lorong dengan jalanan menurun. Di sisi kiri ada lemari kaca juga berisi wayang-wayang.






Setelah melewati lorong, saya menyusuri jalan menurun lagi sebelum keluar museum. Ada lho, toko yang menjual cindera mata wayang. Jadi kalau teman-teman ingin membeli wayang, bisa membeli di sini. Di depan toko cindera mata, ada alat musik yang dipajang.





Wah.. puas sudah saya mengunjungi 5 museum di kawasan kota tua ini. Karena hari agak  mendung, maka kurcaci memutuskan pulang saja. Eh, di jalan keluar banyak penjual makanan dan minuman. Ada juga penjual tongsis alias tongkat narsis. Malah ada juga delman. Jadi kalau teman-teman mau jajan, butuh tongsis, atau naik delman, bisa di area ini.



Busway Wisata Gratis
Waktu mau menyebarang jalan, saya melihat banyak kerumunan orang di jalan. Waktu saya tanya, mereka sedang apa, katanya lagi menunggu busway tingkat. Wah, saya jadi ingin ikut naik. Supraisnya lagi, tidak bayar. Maka saya pun segera ikut mengantre.





Begitu busway tingkat datang, saya segera masuk ke bus sesuai antrean. Wih.. saya dapat tempat duduk di atas, sesuai harapan saya. Asyik..asyik... saya bisa lihat pemandangan dari atas.

                      

Busway tingkat pun melaju. Jadi jalurnya adalah kota tua menuju monas. Melewati jalan Gajah Mada, Hayamwuruk, Harmoni, Juanda, lalu ke Monas. Walau gratis, penumpang tetap dikasih karcis. Kemudian ada lho, pemandu wisatanya.


Sepanjang jalan Kurcaci Pos menikmati naik busway tingkat ini. Kurcaci Pos jadi terkenang masa kecil. Dulu juga pernah naik bus tingkat seperti ini di Makassar. bayarnya 50 perak hehehe.
Tidak terasa, Bus tingkat sudah melewati harmoni, lalu belok ke kiri terus melewati Pasar Baru. Dari situ berbelok ke kantor pos. Kata petugasnya, Bus akan berhenti sejenak di Juanda depan masjid Istiqlal, sebelum akhirnya ke Monas.
Wah, Saya memutuskan untuk turun di depan kantor pos. Dari situ, saya ke Halte busway terdekat. Langsung menuju rumah Kurcaci Pos.
Wah, seru sekali perjalan saya seharian itu. Lelah tidak terasa. Dari perjalanan singkat ini, saya jadi mengetahui sejarah bangsa Indonesia. Besok, saya mau jalan-jalan lagi. Jadi ikuti terus jalan-jalan saya, ya!

Bambang Irwanto